TEAM WORK
2.1 Kelompok dan Tim dalam
Organisasi
2.1.1 Kelompok
Kelompok (group) adalah dua orang atau lebih yang
berinteraksi secara reguler untuk meraih maksud atau tujuan bersama.
Kelompok kerja adalah kelompok dasar yang berinteraksi
untuk berbagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota
berkinerja sesuai bidang tanggung jawabnya.
Kelompok Kerja Formal dan
Informal
Setiap anggota
organisasi dipandang oleh orang lain sebagai anggota suatu kelompok dalam
organisasi tersebut. Kelompok mungkin didefinisikan sebagai “manajemen”
atau secara lebih tertentu sebagai “ Tim Proyek A”. Kelompok ini
didefinisikan berdasarkan kerja yang dilakukan oleh anggota kelompok tersebut
dan dinamakan kelompok formal. Contoh kelompok formal dalam organisasi
adalah komite, kelompok berbagai macam pekerja dan dewan direksi.
Kelompok ini biasa disebut kelompok tugas.
Kelompok informal adalah kelompok yang dibentuk berdasarkan kesukaan
individu atau kemiripan minat, latar belakang, dan karakteristik pribadi.
Dalam organisasi kelompok ini juga tergolong kelompok kerja formal ( Jewell,
LN; Siegall M, 1990 ).
Kelompok
Referensi ( Yang Menjadi Petunjuk )
Pada dasarnya kelompok
referensi adalah kelompok apapun yang digunakan oleh individu sebagai sumber
nilai, keyakinan atau sikap pribadi, atau sebagai standar untuk penilaian
perilakunya sendiri. Hal ini merupakan konsep psikologi individu, sebuah
kelompok yang merupakan kelompok referensi bagi seseorang belum tentu merupakan
kelompok referensi bagi orang lain, meskipun kelihatannya kedua orang tersebut
sangat mirip. Sebagai contoh The
American Psychological Association merupakan kelompok referensi bagi banyak
anggotanya, tetapi tidak semuanya, bagi beberapa orang keanggotaan dalam
kelompok ini hanyalah merupakan cara yang baik untuk mengikuti perkembangan
dalam bidang psikologi ( Jewell, LN; Siegall M, 1990 ).
Serikat Kerja
: Kasus Khusus dari Keanggotaan Kelompok
Beberapa penelitian mengenai
kelompok – kelompok dalam organisasi dipusatkan pada kelompok kecil yang berada
dalam perusahaan tertentu. Namun banyak karyawan yang menjadi anggota
dari kelompok yang berasal dari luar batas organisasi ataupun meliputi berbagai
kelompok formal organisasi, yang paling menonjol dalam kelompok identitas ini
adalah serikat kerja ( Alderfer & Smith, 1982 ). Bagi anggota serikat
kerja ini sebagian dari norma yang mempengaruhi perilaku kerja mereka berasal
dari luar organisasi yang mempekerjakannya dan dipertahankan dengan
mengidentifikasikan didri mereka dengan anggota lain di tempat kerja.
Bagi mereka yang menjadikan serikat pekerja sebagai kelompok referensi , pengaruh
keanggotaan serikat pekerja terhadap unjuk rasa, masuk kerja, perilaku dan
sikap yang lain sangat besar.
Hammer ( 1978 ) mendapatkan
bahwa serikat pekerja setempat berbeda – beda dalam hal kekuatannya, perbedaan
ini mempunyai pengaruh yang penting terhadap sikap, persepsi dan perilaku para
anggotanya. Hasil risetnya menyatakan bahwa subyek dalam penelitian
tersebut merupakan anggota dari serikat pekerja setempat yang lebih kuat,
sehingga menjadikan kelompok ini sebagai kelompok referensi. Keanggotaan
mereka dalam kelompok mempunyai lebih banyak pengaruh terhadap beberapa aspek
perilaku mereka daripada keanggotaan mereka dalam organisasi. Mereka
beranggapan bahwa supervisor mereka mempunyai kekuasaan yang lebih sedikit
terhadap mereka, ( daripada anggota dari serikat pekerja yang lebih lemah ) dan
mereka hanya memberi sedikit dukungan terhadap tujuan perusahaan. Mereka
juga cenderung kurang memperhatikan untuk masuk kerja pada waktunya, dan mereka
juga mendapat nilai yang lebih rendah dalam hal keramahan dan kerjasama dengan
pekerja lain daripada subyek yang lain. Subyek dalam penelitian Hammer
ini menjadikan serikat pekerjanya sebagai kelompok referensi menunjukkan pola
perilaku yang konsisten dengan stereotip lama sebagai “ kami-lawan-mereka”.
Kelompok dalam organisasi
kadang – melancarkan dan kadang menghambat tercapainya tujuan organisasi.
Dan kelompok yang sama dapat melakukan keduanya bersamaan pada waktu – waktu
tertentu. Semua kelompok sebenarnya mempunyai kemampuan untuk membantu
atau menghambat organisasi. Jika anggota mereka, seperti banyak anggota
serikat pekerja, sangat tertarik terhadap kelompok tersebut ( dalam cara yang
dapat dikatakan bahwa mereka menjadikannya sebagai kelompok referensi ) dan
kemampuan ini mungkin sekali dapat direalisasikan.
Setiap individu dapat
mempunyai beberapa kelompok referensi, baik didalam maupun diluar organisasi
dan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi para anggotanya. Dalam organisasi
pengaruh ini terpisah dari pengaruh norma, aturan, kebijaksanaan, dan
kepemimpinan organisasi ( Jewell, LN; Siegall M, 1990 ).
2.1.2 Tim
Tim adalah kelompok pekerja yang berfungsi sebagai satu
unit, biasanya hampir tanpa supervisi, untuk mengerjakan tugas – tugas, fungsi
– fungsi dan aktivitas – aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tim adalah kelompok yang
usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah
masukan individual. (Wikipedia Indonesia).
Tim kerja adalah kelompok dimana individu menghasilkan
tingkat kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan individu.
Organisasi menciptakan tim untuk beberapa alasan.
Pertama, tim memberikan tanggung jawab yang lebih besar dalam hal kinerja tugas
kepada para pekerja yang mengerjakan tugas tersebut. Kedua, tim juga memberdayakan
pekerja dengan memberikan wewenang yang lebih besar dan kebebasan dalam proses
pembuatan keputusan. Selain itu juga, tim memungkinkan organisasi mengambil
keuntungan dari pengetahuan dan motivasi karyawan – karyawa mereka. Terakhir,
tim memungkinkan organisasi menyingkirkan birokrasi sekaligus menaikkan
fleksibilitas dan daya tanggap.
Ketika memutuskan untuk menggunakan Tim, organisasi
sebetulnya mengimplementasikan suatu perubahan yang berskala besar.Jika
perubahan itu diimplemetasikan secara tepat, anggota – anggota tim akan
memahami potensi dan nilai dari tim serta balas jasa. Jadi, penting bagi
organisasi untuk menggunakan pendekatan logis dan sistematis dalam membuat
perenacanaan serta mengimplemantasikan tim. Karena kemungkinan akan ada penolakan
yang akan dihadapi oleh organisasi. Penolakan ini kemungkinan besar berasal
dari manajer lini karena sebagian besar wewenang mereka diambil alih oleh tim.
2.1.3 Perbedaan Antara Kelompok dan Tim
Kelompok merupakan dua atau lebih individu yang berinteraksi
dan saling
bergantung yang berkumpul untuk mencapai berbagai tujuan. Kelompok
kerja (work group) adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagi
informasi dan membuat berbagai keputusan untuk membantu setiap anggota bekerja
di dalam era tanggungjawabnya. Kelompok kerja tidak mempunyai kebutuhan atau
kesempatan untuk terlibat dalam kerja kolektif yang membutuhkan usaha bersama.
Jadi kinerja mereka hanya merupakan gabungan akhir dari kontribusi individu
anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang menciptakan seluruh tingkat
kinerja yang lebih tinggi dari pada jumlah masukan. Tim kerja (work team)
menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha
individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada
jumlah masukan individual.
Definisi-definisi ini membantu menjelaskan mengapa ada
begitu banyak
organisasi yang akhir-akhir ini menyusun ulang proses kerja seputar
tim. Manajemen mencarai sinergi positif yang memungkinkan organisasi mereka
untuk meningkatkan kinerja. Penggunaan tim secara ekstensif menghasilkan
potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar
tanpa peningkatan masukan. Tidak ada yang dengan sendirinya membuat berbagai
tim yang memastikan pencapaian sinergi positif. Hanya semata-mata menyebut
sebuah kelompok sebagai tim tidak otomatis meningkakan kinerjanya.
2.2 Tipe – tipe kelompok
dan Tim
2.2.1
Tipe – tipe Kelompok
Secara umum,ada tiga tipe dasar kelompok yaitu
grup fungsional, grup tugas dan grup informal atau grup minat.
- Grup fungsional
Grup fungsional adalah grup permanen yang dibentuk oleh
organisasi untuk meraih sejumlah tujuan organisasi dengan jangka waktu tidak
terbatas.
Contoh grup fungsional yaitu pada Departemen iklan
Kmart. Departemen ini bertugas membuat rencana iklan yang efektif, menaikan
penjualan, menjalankan promosi dalam toko – toko, dan membangun identitas yang
unik untuk perusahaan.
Grup fungsional akan terus eksis setelah meraih tujuan –
tujuan yang ada tujuan – tujuan tersebut akan digantikan oleh tujuan – tujuan
baru.
2.
Grup tugas
Grup tugas adalah grup yang diciptakan oleh organisasi
untuk meraih lingkup tujuan yang relatif sempit dalam jangka waktu yang telah
ditentukan atau diseratkan. Lingkup tujuan yang relatif sempit seperti
pengembangan produk baru atau pengevaluasian prosedur penyampaian keluhan yang
telah diusulkan. Contoh grup tugas, kelompok Insinyur perangkat lunak yang
bekerja untuk Trilogy software, perusahaan berteknologi tinggi berbasis di
Austin, Texaz. Grup ini tengah berupaya mengembangkan program aplikasi
perangkat lunak baru. Setelah program itu selesai anggota – anggota grup tugas
akan dikembalikan ke posisi asli mereka
.
3. Grup Informal atau Grup kepentingan
Grup Informal atau Grup kepentingan (informal or interest
group) adalah grup yang diciptakan oleh anggota – anggotanya sendiri untuk
meraih tujuan – tujuan yang belum relevan dengan tujuan – tujuan organisasi.
Grup informal bisa menjadi kekuatan besar yang tidak
bisa diabaikan oleh manajer. Karena mengandung kekuatan besar baik potensi
kekuatan yang positif ataupun kekuatan yang negatif.
Contoh grup informal yang bisa menjadi kekuatan positif
seperti Karyawan – karyawan Continental Airlines mengumpulkan sumbangan dan
membeli sebuah motor untuk Gordon Bethune, CEO perusahaan, sebagai simbol
dukungan dan terima kasih atas kepemimpinannya yang luar biasa. Sedangkan
contoh grup informal yang bisa menjadi kekuatan negatif seperti bagaimana
sekelompok karyawan sebuah pabrik mebel menggagalkan upaya atasan mereka untuk
menaikkan produksi. Para karyawan secara
sembunyi – sembunyi bermufakat untuk membuat produk dalam jumlah tertentu
tetapi tidak mau bekerja terlalu keras. Seorang karyawan menyembunyikan
setumpuk produk yang telah selesai sebagai cadangan seandainya jumlah
produksinya terlalu sedikit dibandingkan lainnya dihari – hari berikut.
2.2.2 Tipe – tipe Tim
© Tim
pemecah masalah
Tim ini paling populer karena beranggotakan pekerja –
pekerja pintar yang disatukan untuk memecahkan suatu masalah spesifik dan kemudian
dibubarkan. Tim ini beranggotakan 5
sampai 12 karyawan jam-jaman dari satu departemen yang bertemu selama beberapa
jam tiap pekan untuk membahas perbaikan kualitas, efisiensi dan lingkungan
kerja Dalam tim penyelesai masalah, para anggota berbagi ide atau memberikan
saran mengenai bagaimana proses dan metode kerja bisa ditingkatkan; meskipun
mereka jarang sekali memiliki wewenang untuk mengimplementasikan berbagai
tindakan yang mereka usulkan secara unilateral. Sebagai contoh, Merril Lynch
menciptakan sebuah tim penyelesai masalah untuk memikirkan cara-cara mengurangi
jumlah hari yang dibutuhkan untuk membuka rekening tunai manajemen yang baru.
Dengan mengajukan pemotngan jumlah langkah dalam proses
tersebut dari 46
langkah menjadi 36 langkah, tim tersebut mampu
mengurangi jumlah hari ratarata dari 15 menjadi 8 hari.
© Tim manajemen
Tim yang sebagian besar berisi manajer –
manajer dari berbagai fungsi seperti penjualan dan produksi, yang
mengkoordinasikan kerja sama antara tim- tim lainnya.
© Tim kerja
Tim yang bertanggung jawab atas operasi harian
organisasi. Tim ini beranggotakan 10 sampai 15 orang yang memikul tanggung
jawab mantan penyelia mereka yang sangat berhubungan atau saling bergantung dan
memikul tanggungjawab yang banyak dari para pengawas mereka sebelumnya.
Biasanya tanggungjawab mencakup perencanaan dan pengaturan pekerjaan, pemberian
tugas kepada para anggota, pengendalian kolektif atas langkah kerja, pembuatan
keputusan pengoperasian, pengambilan tindakan untuk berbagai masalah serta
kerjasama dengan pemasok dan pelanggan. Tim kerja yang benar-benar mengelola
diri sendiri bahkan memilih para anggota mereka sendiri. Akibatnya posisi
pengawasan menjadi tidak begitu penting dan bahkan mungkin akan dihilangkan
© Tim
virtual
Tipe tim baru yang berinteraksi memakai komputer ,
anggota – anggota tim ini masuk ke dan keluar dari jaringan sesuai kebutuhan
dan silih berganti menjadi pimpinan. Tim virtual menggunakan teknologi komputer
untuk menyatukan anggota-anggota yang terpisah secara fisik untuk mencapai
tujuan bersama. Sejumlah orang dimungkinkan untuk berkolaborasi secara online
menggunakan hubungan – hubungan komunikasi seperti jaringan wide area,
konferensi video, atau e-mail baik ketika mereka hanya terpisah dengan satu
ruangan maupun dengan benua.
Tiga faktor utama yang membedakan tim
virtual dari tim yang bertemu muka secara langsung adalah ketiadaan
isyarat-isyarat paraverbal dan nonverbal, konteks sosial yang terbatas, dan
kemampuan untuk mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
Tim virtual sering mengalami hubungan
sosial yang kurang baik dlam berinteraksi langsung antar anggota. Mereka tidak
bisa meniru tindakan memberi dan menerima yang umum terjadi dari diskusi secara
berhadap-hadapan. Terutama ketika para anggota belum bertemu secara pribadi,
tim virtual cenderung lebih berorientasi pada tugas dan lebih sedikit bertukar
informasi sosio-emosional.Tidak mengejutkan, para anggota tim virtual
melaporkan kepuasan yang lebih sedikit dengan proses interaksi kelompok
daripada bila dibandingkan dengan anggota tim yang bertemu secara berhadap-hadapan.
© Tim lintas fungsional
Tim lintas fungsional adalah tenaga kerja dari tingkat hierarki yang sama,
tetapi dari tempat pekerjaan yang berbeda. Boeing company menciptakan sebuah
tim yang terdiri atas karyawan-karyawan dari bagian produksi, perencanaan,
kualitas, peralatan, perencanaan desai dan system informasi untuk
mengotomatisasi pelat-pelat dalam program C-17 perusahaan tersebut.
Contoh Boeing ini mengilustrasikan penggunaan tim lintas
fungsional. Tim ini
adalah tim yang terdiri atas karyawan-karyawan yang
berasal dari tingkat hierarki yang kurang lebih sama, tetapi dari berbagai
bidang pekerjaan berbeda yang berkumpul untuk menyelesaikan sebuah tugas.
Tim lintas fungsioanl merupakan cara efektif yang
memungkinkan orang-orangdari berbagai area yang berbeda di dalam sebuah
organisasi (atau bahkan diantara organisasi-organisasi) untuk bertuka
informasi, mengembangkan ide-ide baru dan menyelesaikan banyak masalah dan
mengordinasi berbagai proyek yang rumit.Tentu saja tim lintas fungsional sulit
untuk diatur. Pada saat perkembangan awal sering kali tim ini sngat
menghabiskan waktu karena para anggota belajar untuk bekerja dengan perbedaan
dan kerumitan. Dibutuhhkan waktu untuk membangun kepercayaan dan kerjasa tim,
terutama diantara orang-orang yang berasal dari latar belakang berbeda dengan
pengalaman dan perspektif yang juga berbeda.
© Lingkungan Kualitas
Tipe tim yang beranggotakan pekerja dan
supervisor,bertemu secara berkala untlulk membahas masalah- masalah lingkungan
kerja.
2.3 Mengapa individu
menjadi anggota kelompok dan tim
Individu menjadi anggota kelompok dan
tim untuk berbagai alasan.
· Daya Tarik Interpersonal
Salah satu alasan orang memilih membentuk grup informal
atau grup kepentingan adalah karena mereka tertarik satu sama lain. Jika
individu – individu sering bertemu satu sama lain, kedekatan jarak ini
menaikkan kemungkinan munculnya daya tarik interpersonal. Daya tarik juga
meningkat jika individu – individu memiliki sikap, kepribadian, dan status
ekonomi yang sama.
· Aktivitas – aktivitas kelompok
Setiap individu – individu bisa termotivasi untuk
menjadi anggota kelompok karena aktivitas – aktivitas dari kelompok mereka yang
menarik bagi mereka. Sebagai contoh seseorang menjadi anggota tim bola basket
bukan karena tertarik pada anggota tim yang lain tetapi semata – mata karena
menjadi anngota tim bola basket memungkinkan dia berpartisipasi dalam aktivitas
yang menyenangkan.
· Tujuan – tujuan kelompok
Tujuan – tujuan dari kelompok juga
bisa memotivasi individu untuk menjadi anggotanya. Sebagai contoh Beragam grup
pengumpulan dana. Para anggotanya barangkali
tidak tertarik satu sama lain, dan mereka kemungkinan juga tidak menyukai
aktivitas ketuk pintu dan minta uang, tetapi mereka menjadi anggota untuk
mendukung tujuan – tujuannya.
· Pemenuhan Kebutuhan
Alasan lain individu memasuki sebuah
kelompok adalah untuk memenuhi kebutuhan akan afilisiasi. Individu – individu
yang baru bercerai menjadi anggota grup pendukung sebagai suatu cara untuk
mendapatkan teman.
· Manfaat – manfaat Instrumental
Alasan terakhir individu menjadi
anggota kelompok adalah karena keanggotaanya kadang – kadang dipandang sebagai
instrument untuk mendapatkan manfaat – manfaat lain. Sebagai contoh adalah umum
bagi mahasiswa yang hampir lulus untuk menjadi anggota beberapa klub atau
asosiasi profesi karena pencantuman keangotaan klub semacam itu dalam CV
dianggap akan menaikkan peluang mereka mendapat pekerjaan bagus.
2.4 Tahap – tahap perkembangan Tim dan kelompok
Seiring
tumbuh menjadi dewasa kelompok cenderung melewati empat tahap khusus
perkembangan.
ª Tahap
perkembangan pertama dinamakan forming. Tahap forming yaitu tahap dimana
anggota kelompok saling mengenal satu sama lain, menguji perilaku interpersonal.
Pada titik ini para anggota sangat tergantung satu sama lain demi mencari tahu
perilaku – perilaku apa yang dapat diterima oleh anggota – anggota yang lain.
ª Tahap
perkembangan kedua, yang biasanya muncul dengan lamban adalah storming. Selama
tahap ini, kelompok masih kurang padu dan pola interaksi tidak seimbang.
Anggota kelompok mengembangkan struktur kelompok dan pola interaksi.
ª Tahap
perkembangan ketiga, yang dinamakan norming, biasanya dimulai dengan semburan
aktivitas. Selama tahap ini, tiap anggota mulai mengakui dan menerima perannya
serta memahami peran anggota – anggota lain. Anggota juga mulai menerima satu
sama lain dan rasa persatuan mulai terbangun. Pada tahap ini, biasanya terjadi kemunduran temporer ke tahap
sebelumnya. Sebagai contoh, kelompok atau
tim mungkin mulai menerima satu anggota tertentu sebagai pemimpin. Jika
orang ini dikemudian hari melanggar norma – norma penting atau melakukan
kesalahan yang membahayakan klaimnya atas kepemimpinannya, konflik bisa muncul
karena kelompok akan menolak pimpinan ini dan mencari pimpinan baru.
ª Tahap
terakhir adalah performing. Perkembangan grup atau tim secara lamban. Dalam ini
tim mulai sungguh – sungguh berfokus pada masalah yang sedang dihadapi. Para anggota menjalankan peran yang telah mereka terima,
interaksi terjadi, dan upaya – upaya kelompok diarahkan pada pencapaiaan
tujuan.
2.5 Karakteristik –
karakteristik dari Kelompok dan Tim
2.5.1 Struktur Peran
Peran merupakan bagian
yang dimainkan oleh individu dalam membantu kelompok meraih tujuan yang
diharapkan. Struktur peran itu sendiri adalah sekelompok peran dan hubungan
antar peran yang telah didefinisikan dan diterima oleh anggota kelompok
lainnya. Dalam struktur peran ini individu dalam kelompok dapat memainkan dan
mengambil peran sebagai social-emosional atau spesialis-tugas. Namun adapula dari anggota pada kelompok yang tidak
menjalankan peran samaskali.
Proses peran dimulai
dari peran yang diharapkan oleh tiap anggota. Kemudian peran yang diharapkan
diterjemahkan pada peran yang dikirim. Maksutnya adalah pesan yang digunakan anggota tim untuk
mengkomunikasikan peran yang diharapkan oleh anggota. Peran yang dirasakan oleh
seorang anggota merupakan makna dari peran tersebut dan peran yang ditampilkan
adalah merupakan fakta yang dilakukan oleh anggota.
Permasalahan yang
dapat muncul dari sebuah peran adalah bahwa dapat terjadinya konflik antar
individu karena peran masing-masing. Benturan peran ini sering terjadi, baik
anatara anggota dalam satu level organisasi (contoh:antar pekerja dengan
pekerja) ataupun antara atasan dengan bawahan. Kemudian adalah bahwa seorang
individu yang diberikan peran berlebihan dan tidak dapat menjalankannya dengan
baik maka akan terjadi permasalahan, dampaknya adalah individu tersebut justru
akan membebani organisasi perusahaan baik kelompok ataupun tim dengan peran
yang tidak terseleseikan.
2.5.2 Norma Perilaku
Standar dari perilaku
yang bias diterima oleh tim ataupun kelompok oleh para anggota. Norma disini
penting kaitannya, terutama di organisasi perusahaan atau bidang kerja lainnya.
Dikarenakan bangsa Indonesia
yang sangat memperhatikan norma dalam kehidupan bermasyarakat, baik itu norma
agama, social, kesopanan, dan lainnya. Norma perilaku ini juga tidak dapat
disamakan antar kelompok ataupun tim. Setiap organisasi memiliki norma perilaku
yang berbeda-beda sesuia dengan yang berlaku pada kelompok ataupun tim
masing-masing. Tiap anggota baru dalam kelompok tentunya wajib untuk belajar
dan segera memahami norma perilaku yang dijalankan organisasi. Tidak menutup
kemungkinan beberapa kelompok dalam satu organisasi menjalankan norma perilaku
yang berbeda. Sebagai contoh aplikasi adalah bahwa kelompok security
wajib melakukan hormat apabila
bertemu dengan atasan kelompok tersebut, namun hal ini tidak mungkin dilakukan
pada kelompok produksi karena memiliki norma perilaku yang berbeda. Namun
secara umum biasanya sebuah organisasi memiliki norma perilaku umum yang
berlaku dan wajib untuk dipatuhi semua individu dari kelompok ataupun tim
manapun. Secara umum norma perilaku ini dapat terbentuk baik dikarenakan
ketetapan dari aturan organisasi ataupun terbentuk secara alami seiring dengan
berjalannya organisasi. Sehingga agar semua anggota dapat memahami dan
menjalankan norma tersebut dengan baik, maka sangat diperlukan sosialisasi
terhadap individu baru dalam organisasi tersebut yang pelaksanaannya harus
dipantau dengan baik.
2.5.3 Kepaduan (cohesiviveness) :
Merupakan sejauh mana
angota-anggota yang ada dalam kelompoksetia dan berkomitmen pada kelompok tersebut.
Terdapat faktor yang dapat meningkatkan kepaduan dalam kelompok :
· Persaingan antar
kelompok, hal ini dapat memicu semakin meningkatnya kepaduan dalam kelompok
dan organisasi karena dengan adanya semangat bersaing antar kelompok untuk
menjadi yang terbaik diantara kelompok yang lainnya, maka semua anggota akan
termotivasi untuk menjadikan kelompoknya menjadi kelompok yang terbaik diantara
kelompoknya. Persaingan antara kelompok ini dapat dicontohkan pada dua kelompok
produksi. Bila diantara dua kelompok produksi pada organisasi akan mendapatkan
bonus bila mampu mecapai hasil produksi terbaik, baik secara jumlah dan
kualitas. Salah satu contoh kecil ini tentunya akan mampu menmbuat semangat
persaingan antar kelompok dalam organisasi menjadi yang terbaik. Tentunya hal
ini akan sangat menguntungkan bagi organisasi secara keseluruhan. Sehingga
kepaduan dalam kelompok serta organisasi menjadi semakin kuat.
· Daya tarik pribadi,
hal ini merupakan salah satu trik dari koordinator atau manajer yang menentukan
pembagian individu dalam kelompok. Individu akan termotivasi untuk menjalankan
peran dengan baik dan maksimal dalam kelompoknya karena pada kelompok tersebut
terdapat ketertarikan antar individu. Hal ini lebih bersifat pribadi, namun
tetap menguntungkan bagi kepaduan kelompok.
· Evaluasi yang
positif, diperlukan sebuah evaluasi yang berkala serta efektif agar dapat
menjadikan kelompok tersebut lebih baik. Kekurangan dan serta kelemahan yang
menjadikan kelompok tidak dapat bekerja dengan maksimal dapat diminimalisir.
Sangat penting bagi sebuah kelompok memiliki catatan atas evaluasi berkala yang
dilakukan, hal ini agar kesalahan yang dahulu sudah terjadi tidak terulang di
masa yang akan datang. Perlu juga memberikan penghargaan meskipun hanya berupa
hal kecil terhadap prestasi atau perbaikan yang dapat dilakukan oleh kelompok tersebut, baik secara individu
maupun kelompok.
· Sepakat akan tujuan,
sebuah kelompok yang terdiri dari anggota-anggota wajib untuk menentukan dan
memiliki tujuan yang sama, atau dengan kata lain sepakat akan tujuan. Agar tiap
anggota mengerti dan memahami tujuan dari kelompok tersebut. Tentunya dengan
tujuan yang disepakati bersama, langkah dari anggota dan kelompok tersebut
memiliki tujuan dan jalur yang jelas, sehingga dapat mencapai tujuan dengan
baik. Dengan tujuan yang telah disepakati oleh seluruh anggota tentunya
kepaduan antar anggota dan kelompok tersebut menjadi kuat. Kesepekatan akan
tujuan ini tidak hanya pada kelompok ataupun tim tersebut, namun sebuah
organisasi juga harus memiliki kesepakatan tujuan yang jelas.
· Interaksi, baik
antar individu dalam kelompok ataupun kelompok dengan kelompok dalam satu
organisasi harus dipelihara dengan baik. Tugas ini dibebankan kepada semuan
pihak dalam organisasi, namun yang utama adalah bahwa seorang coordinator
ataupun manajer harus mampu membangun suasana dan kondisi interaksi yang baik
dalam kelompok, tim, dan organisasi.
Namun terdapat pula Faktor-faktor yang apat mengurangi
kepaduan dalam kelompok dan tim, yaitu :
·Ukuran kelompok, ukuran yang semakin besar cenderung dapat mengurangi
kepaduan antar kelompok. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut hendaknya
sebuah kelompok dibentuk secara proporsional.
·Ketidaksepakatan tujuan, adalah bila dalam sebuah kelompok tidak mampu untukimenentukan
tujuan yang disepakati tentunya akan membuat kepaduan dalam kelompok akan
berkurang. Hal ini dikarenakan antar individu terdapat perbedaan tujuan. Dengan
bebedanya tujuan tersebut akan dapat mengganggu kinerja kelompok dan keduan
dalam kelompok tersebut.
·Persaingan intra kelompok, sering kali terjadi persaingan dalam sebuah kelompok yang
disebabkan banyak factor. Mulai dari kepentingan pribadi atau lainnya. sebagai
contoh anggota kelompok yang berambisi menjadi yang terbaik dalam kelompok
karena mengharapkan naik jabatan, namun melupakan tujuan utama kelompok.
Sehingga terjadi persaingan yang memberikan dampak kurang baik atau bahkan
merugikan kelompok dan organisasi. Atau dapat pula munculnya persaingan yang
tidak sehat pada kelompok.
·Dominasi, baik oleh satu individu ataupun beberapa yang terlalu
mendominasi dapat memberikan dampak yang kurang baik dalam kelompok. Hal ini
karena individu yang lainnya akan terhambat untuk mampu memberikan
kontribusinya terhadap kelompok. Hal ini juga dapat menghambat perkembangan
sebuah kelompok.
·Pengalaman tidak menyenangkan, terkadang sebuah pengalaman yang kurang baik membuat
kelompok mengalamai atau dibayangi kegagalan atau sesuatu yang kurang baik. Hal
ini juga dapat menggangu kepaduan dalam kelompok tersebut.
2.5.4 Kepemimpnan Formal dan Informal
Kepemimpinan formal
adalah kepemimpinan yang ditentukan atau mendapat wewenang untuk memimpin
sebuah kelompok dari organisasi tersebut. Biasanya seorang manajer menunjuk
seorang individu untuk menjadi pemimpin sebuah kelompok. pemimpin formal ini
diwajibkan untuk mampu memimpin kelompok dengan baik. Manajer akan selalu
memantau dan mengevaluasi kepemimpinan formal tersebut. Dengan ditunjukkanya
pemimpin formal tersebut, maka seluruh anggota dalam kelompok tersebut bekerja sesuai
dengan arahan atau kordinasi dari pemimpin formal tersebut, sesuai dengan
tujuan bersama kelompok tersebut.
Kepemimpinan informal
adalah berasal dari individu yang melakukan aktivitas-aktivitas kepemimpinan
tetapi hak untuk melakukan aktivitas tersebut tidak diakui secara formal oleh
kelompok atau organisasi. Jika kepemimpinan informal ini mampu bekerja dengan
baik dan mendukung kinerja pemimpin formal, maka kelompok tersebut akan semakin
baik kinerjanya. Namum disisi lain, jika kepemimpinan informal ini bekerja
tidak baik atau bertentangan dengan tujuan kelompok atau organisasi tentunya
dapt sangat merugikan kelompok dan organisasi. Sebagai contoh pemimpin informal
yang yang tidak disiplin dan menentang kebijakan organisasi. Hal ini dapat
memicu individu lainnya dalam kelompok untuk tidak bekerja sesuai dengan tujuan
kelompok dan organisasi tersebut.
2.6 Mengelola Konflik dalam
Kelompok
Konflik adalah proses yang dimulai
ketika satu pihak menganggap pihak lain secara negatif mempengaruhi, atau akan
secara negatif mempengaruhi, sesuatu yang menjadi keperluan pihak pertama.
Konflik
sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negative akibatnya
Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan
(dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terliba,
maupun bagi organisasi.
Transisi dalam Pemikiran konflik
1.Pandangan
Tradisional
2. Pandangan Hubungan Manusia
3. Pandangan
Interaksionis
Ciri-Ciri Konflik :
Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak
secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang
saling bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan
antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan,
memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling
berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang
seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling
meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh
keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam
kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau
tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan
sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan
aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan
sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan
akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status
sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan
sebagainya.
Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik
:
1.Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai
hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului
(antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara
tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara
keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran
dan sebagainya.
3. Konflik yang dapat diamati
(perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict) Muncul
sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4. Konflik terlihat secara terwujud
dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi
timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu,
kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri
melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil
terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi
atau sebaliknya malah ditekan.
6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi
yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak.
Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak
sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993, 38-41)
Jenis-jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada
lima jenis konflik yaitu
konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik
antar individu dan kelompok
konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.
Aspek Positif Dalam
Konflik
Konflik
bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola
dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :
§ Membantu setiap orang untuk saling
memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka.
§ Memberikan saluran baru untuk
komunikasi.
§ Menumbuhkan semangat baru pada
staf.
§ Memberikan kesempatan untuk
menyalurkan emosi.
§ Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam
organisasi.
PENYEBAB TIMBULNYA KONFLIK
Penyebab timbulnya konflik meliputi:
1. Perbedaan individu
2. Perbedaan Latar belakang
Kebudayaan sehingga membentuk pribadi – pribadi yang berbeda.
3. Perbedaan Kepentingan antar individu atau kelompok.
4. Perubahan – perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
5. Komunikasi
6. Variabel Pribadi
STRATEGI PENANGANAN KONFLIK
Konflik
dapat dicegah atau dikelola dengan :
1.
Disiplin
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan
Kehidupan
3. Komunikasi
4. Mendengarkan secara aktif
Teknik Atau Keahlian Untuk Mengelola
Konflik
Ada beberapa pendekatan dalam
resolusi konflik yaitu tergantung pada :
1. Konflik itu sendiri
2.
Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
3. Keahlian individu yang terlibat dalam
penyelesaian konflik
4. Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
5. Ketersediaan waktu dan tenaga
Strategi Dalam Menyiasati Konflik
1. Menghindar
2. Mengakomodasi
3. Kompetisi
4. Kompromi atau Negosiasi
5. Memecahkan Masalah atau
Kolaborasi Petunjuk Pendekatan Situasi Konflik
Ada beberapa pendekatan situasi konflik,
diantaranya :
1.
Diawali melalui penilaian diri sendiri
2.
Analisa isu-isu seputar konflik
3.
Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri.
4. Atur dan rencanakan pertemuan
antara individu-individu yang terlibat konflik
5.
Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat
6.
Mengembangkan dan menguraikan solusi
7.
Memilih solusi dan melakukan tindakan
8.
Merencanakan pelaksanaannya
Manfaat yang diperoleh
dari konfrontasi adalah untuk memperjelas perbedaan:
Apa yang dianggap bernilai oleh
kedua belah pihak
Apa yang dipikirkan oleh kedua
pihak
Apa yang dirasakan oleh kedua
pihak
Apa yang ingin dilakukan oleh
kedua pihak