Team Work


TEAM WORK

2.1 Kelompok dan Tim dalam Organisasi
2.1.1 Kelompok
Kelompok (group) adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi secara reguler untuk meraih maksud atau tujuan bersama.
Kelompok kerja adalah kelompok dasar yang berinteraksi untuk berbagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota berkinerja sesuai bidang tanggung jawabnya.

Kelompok Kerja Formal dan Informal
Setiap anggota organisasi dipandang oleh orang lain sebagai anggota suatu kelompok dalam organisasi tersebut.  Kelompok mungkin didefinisikan sebagai “manajemen” atau secara lebih tertentu sebagai “ Tim Proyek A”.  Kelompok ini didefinisikan berdasarkan kerja yang dilakukan oleh anggota kelompok tersebut dan dinamakan kelompok formal.  Contoh kelompok formal dalam organisasi adalah komite, kelompok berbagai macam pekerja dan dewan direksi.  Kelompok ini biasa disebut kelompok tugas.
Kelompok informal adalah kelompok yang dibentuk berdasarkan kesukaan individu atau kemiripan minat, latar belakang, dan karakteristik pribadi.  Dalam organisasi kelompok ini juga tergolong kelompok kerja formal ( Jewell, LN; Siegall M, 1990 ).
Kelompok Referensi ( Yang Menjadi Petunjuk )
            Pada dasarnya kelompok referensi adalah kelompok apapun yang digunakan oleh individu sebagai sumber nilai, keyakinan atau sikap pribadi, atau sebagai standar untuk penilaian perilakunya sendiri.  Hal ini merupakan konsep psikologi individu, sebuah kelompok yang merupakan kelompok referensi bagi seseorang belum tentu merupakan kelompok referensi bagi orang lain, meskipun kelihatannya kedua orang tersebut sangat mirip.  Sebagai contoh The American Psychological Association merupakan kelompok referensi bagi banyak anggotanya, tetapi tidak semuanya, bagi beberapa orang keanggotaan dalam kelompok ini hanyalah merupakan cara yang baik untuk mengikuti perkembangan dalam bidang psikologi ( Jewell, LN; Siegall M, 1990 ).
Serikat Kerja : Kasus Khusus dari Keanggotaan Kelompok
            Beberapa penelitian mengenai kelompok – kelompok dalam organisasi dipusatkan pada kelompok kecil yang berada dalam perusahaan tertentu.  Namun banyak karyawan yang menjadi anggota dari kelompok yang berasal dari luar batas organisasi ataupun meliputi berbagai kelompok formal organisasi, yang paling menonjol dalam kelompok identitas ini adalah serikat kerja ( Alderfer & Smith, 1982 ).  Bagi anggota serikat kerja ini sebagian dari norma yang mempengaruhi perilaku kerja mereka berasal dari luar organisasi yang mempekerjakannya dan dipertahankan dengan mengidentifikasikan didri mereka dengan anggota lain di tempat kerja.  Bagi mereka yang menjadikan serikat pekerja sebagai kelompok referensi , pengaruh keanggotaan serikat pekerja terhadap unjuk rasa, masuk kerja, perilaku dan sikap yang lain sangat besar.
            Hammer ( 1978 ) mendapatkan bahwa serikat pekerja setempat berbeda – beda dalam hal kekuatannya, perbedaan ini mempunyai pengaruh yang penting terhadap sikap, persepsi dan perilaku para anggotanya.  Hasil risetnya menyatakan bahwa subyek  dalam penelitian tersebut merupakan anggota dari serikat pekerja setempat yang lebih kuat, sehingga menjadikan kelompok ini sebagai kelompok referensi.  Keanggotaan mereka dalam kelompok mempunyai lebih banyak pengaruh terhadap beberapa aspek perilaku mereka daripada keanggotaan mereka dalam organisasi.  Mereka beranggapan bahwa supervisor mereka mempunyai kekuasaan yang lebih sedikit terhadap mereka, ( daripada anggota dari serikat pekerja yang lebih lemah ) dan mereka hanya memberi sedikit dukungan terhadap tujuan perusahaan.  Mereka juga cenderung kurang memperhatikan untuk masuk kerja pada waktunya, dan mereka juga mendapat nilai yang lebih rendah dalam hal keramahan dan kerjasama dengan pekerja lain daripada subyek yang lain.  Subyek dalam penelitian Hammer ini menjadikan serikat pekerjanya sebagai kelompok referensi menunjukkan pola perilaku yang konsisten dengan stereotip lama sebagai “ kami-lawan-mereka”.
            Kelompok dalam organisasi kadang – melancarkan dan kadang menghambat tercapainya tujuan organisasi.  Dan kelompok yang sama dapat melakukan keduanya bersamaan pada waktu – waktu tertentu.  Semua kelompok sebenarnya mempunyai kemampuan untuk membantu atau menghambat organisasi.  Jika anggota mereka, seperti banyak anggota serikat pekerja, sangat tertarik terhadap kelompok tersebut ( dalam cara yang dapat dikatakan bahwa mereka menjadikannya sebagai kelompok referensi ) dan kemampuan ini mungkin sekali dapat direalisasikan.
            Setiap individu dapat mempunyai beberapa kelompok referensi, baik didalam maupun diluar organisasi dan mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi para anggotanya. Dalam organisasi pengaruh ini terpisah dari pengaruh norma, aturan, kebijaksanaan, dan kepemimpinan organisasi ( Jewell, LN; Siegall M, 1990 ).
2.1.2 Tim
Tim adalah kelompok pekerja yang berfungsi sebagai satu unit, biasanya hampir tanpa supervisi, untuk mengerjakan tugas – tugas, fungsi – fungsi dan aktivitas – aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tim adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. (Wikipedia Indonesia).
Tim kerja adalah kelompok dimana individu menghasilkan tingkat kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan individu.
Organisasi menciptakan tim untuk beberapa alasan. Pertama, tim memberikan tanggung jawab yang lebih besar dalam hal kinerja tugas kepada para pekerja yang mengerjakan tugas tersebut. Kedua, tim juga memberdayakan pekerja dengan memberikan wewenang yang lebih besar dan kebebasan dalam proses pembuatan keputusan. Selain itu juga, tim memungkinkan organisasi mengambil keuntungan dari pengetahuan dan motivasi karyawan – karyawa mereka. Terakhir, tim memungkinkan organisasi menyingkirkan birokrasi sekaligus menaikkan fleksibilitas dan daya tanggap.
Ketika memutuskan untuk menggunakan Tim, organisasi sebetulnya mengimplementasikan suatu perubahan yang berskala besar.Jika perubahan itu diimplemetasikan secara tepat, anggota – anggota tim akan memahami potensi dan nilai dari tim serta balas jasa. Jadi, penting bagi organisasi untuk menggunakan pendekatan logis dan sistematis dalam membuat perenacanaan serta mengimplemantasikan tim. Karena kemungkinan akan ada penolakan yang akan dihadapi oleh organisasi. Penolakan ini kemungkinan besar berasal dari manajer lini karena sebagian besar wewenang mereka diambil alih oleh tim.

2.1.3 Perbedaan Antara Kelompok dan Tim
Kelompok merupakan dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling
bergantung yang berkumpul untuk mencapai berbagai tujuan. Kelompok kerja (work group) adalah kelompok yang berinteraksi terutama untuk berbagi informasi dan membuat berbagai keputusan untuk membantu setiap anggota bekerja di dalam era tanggungjawabnya. Kelompok kerja tidak mempunyai kebutuhan atau kesempatan untuk terlibat dalam kerja kolektif yang membutuhkan usaha bersama. Jadi kinerja mereka hanya merupakan gabungan akhir dari kontribusi individu anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang menciptakan seluruh tingkat kinerja yang lebih tinggi dari pada jumlah masukan. Tim kerja (work team) menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.
Definisi-definisi ini membantu menjelaskan mengapa ada begitu banyak
organisasi yang akhir-akhir ini menyusun ulang proses kerja seputar tim. Manajemen mencarai sinergi positif yang memungkinkan organisasi mereka untuk meningkatkan kinerja. Penggunaan tim secara ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untuk membuahkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Tidak ada yang dengan sendirinya membuat berbagai tim yang memastikan pencapaian sinergi positif. Hanya semata-mata menyebut sebuah kelompok sebagai tim tidak otomatis meningkakan kinerjanya.


2.2 Tipe – tipe kelompok dan Tim
2.2.1        Tipe – tipe Kelompok
  Secara umum,ada tiga tipe dasar kelompok yaitu grup fungsional, grup tugas dan grup informal atau grup minat.
  1. Grup fungsional
Grup fungsional adalah grup permanen yang dibentuk oleh organisasi untuk meraih sejumlah tujuan organisasi dengan jangka waktu tidak terbatas.
Contoh grup fungsional yaitu pada Departemen iklan Kmart. Departemen ini bertugas membuat rencana iklan yang efektif, menaikan penjualan, menjalankan promosi dalam toko – toko, dan membangun identitas yang unik untuk perusahaan.
Grup fungsional akan terus eksis setelah meraih tujuan – tujuan yang ada tujuan – tujuan tersebut akan digantikan oleh tujuan – tujuan baru.

2.  Grup tugas
Grup tugas adalah grup yang diciptakan oleh organisasi untuk meraih lingkup tujuan yang relatif sempit dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau diseratkan. Lingkup tujuan yang relatif sempit seperti pengembangan produk baru atau pengevaluasian prosedur penyampaian keluhan yang telah diusulkan. Contoh grup tugas, kelompok Insinyur perangkat lunak yang bekerja untuk Trilogy software, perusahaan berteknologi tinggi berbasis di Austin, Texaz. Grup ini tengah berupaya mengembangkan program aplikasi perangkat lunak baru. Setelah program itu selesai anggota – anggota grup tugas akan dikembalikan ke posisi asli mereka
.
3.  Grup Informal atau Grup kepentingan
Grup Informal atau Grup kepentingan (informal or interest group) adalah grup yang diciptakan oleh anggota – anggotanya sendiri untuk meraih tujuan – tujuan yang belum relevan dengan tujuan – tujuan organisasi.
Grup informal bisa menjadi kekuatan besar yang tidak bisa diabaikan oleh manajer. Karena mengandung kekuatan besar baik potensi kekuatan yang positif ataupun kekuatan yang negatif.
Contoh grup informal yang bisa menjadi kekuatan positif seperti Karyawan – karyawan Continental Airlines mengumpulkan sumbangan dan membeli sebuah motor untuk Gordon Bethune, CEO perusahaan, sebagai simbol dukungan dan terima kasih atas kepemimpinannya yang luar biasa. Sedangkan contoh grup informal yang bisa menjadi kekuatan negatif seperti bagaimana sekelompok karyawan sebuah pabrik mebel menggagalkan upaya atasan mereka untuk menaikkan produksi. Para karyawan secara sembunyi – sembunyi bermufakat untuk membuat produk dalam jumlah tertentu tetapi tidak mau bekerja terlalu keras. Seorang karyawan menyembunyikan setumpuk produk yang telah selesai sebagai cadangan seandainya jumlah produksinya terlalu sedikit dibandingkan lainnya dihari – hari berikut.

2.2.2 Tipe – tipe Tim
© Tim pemecah masalah
Tim ini paling populer karena beranggotakan pekerja – pekerja pintar yang disatukan untuk memecahkan suatu masalah spesifik dan kemudian dibubarkan. Tim ini beranggotakan  5 sampai 12 karyawan jam-jaman dari satu departemen yang bertemu selama beberapa jam tiap pekan untuk membahas perbaikan kualitas, efisiensi dan lingkungan kerja Dalam tim penyelesai masalah, para anggota berbagi ide atau memberikan saran mengenai bagaimana proses dan metode kerja bisa ditingkatkan; meskipun mereka jarang sekali memiliki wewenang untuk mengimplementasikan berbagai tindakan yang mereka usulkan secara unilateral. Sebagai contoh, Merril Lynch menciptakan sebuah tim penyelesai masalah untuk memikirkan cara-cara mengurangi jumlah hari yang dibutuhkan untuk membuka rekening tunai manajemen yang baru.
Dengan mengajukan pemotngan jumlah langkah dalam proses tersebut dari 46
langkah menjadi 36 langkah, tim tersebut mampu mengurangi jumlah hari ratarata dari 15 menjadi 8 hari.

© Tim manajemen
     Tim yang sebagian besar berisi manajer – manajer dari berbagai fungsi seperti penjualan dan produksi, yang mengkoordinasikan kerja sama antara tim- tim lainnya.
© Tim kerja
Tim yang bertanggung jawab atas operasi harian organisasi.  Tim ini beranggotakan  10 sampai 15 orang yang memikul tanggung jawab mantan penyelia mereka yang sangat berhubungan atau saling bergantung dan memikul tanggungjawab yang banyak dari para pengawas mereka sebelumnya. Biasanya tanggungjawab mencakup perencanaan dan pengaturan pekerjaan, pemberian tugas kepada para anggota, pengendalian kolektif atas langkah kerja, pembuatan keputusan pengoperasian, pengambilan tindakan untuk berbagai masalah serta kerjasama dengan pemasok dan pelanggan. Tim kerja yang benar-benar mengelola diri sendiri bahkan memilih para anggota mereka sendiri. Akibatnya posisi pengawasan menjadi tidak begitu penting dan bahkan mungkin akan dihilangkan
© Tim virtual
Tipe tim baru yang berinteraksi memakai komputer , anggota – anggota tim ini masuk ke dan keluar dari jaringan sesuai kebutuhan dan silih berganti menjadi pimpinan. Tim virtual menggunakan teknologi komputer untuk menyatukan anggota-anggota yang terpisah secara fisik untuk mencapai tujuan bersama. Sejumlah orang dimungkinkan untuk berkolaborasi secara online menggunakan hubungan – hubungan komunikasi seperti jaringan wide area, konferensi video, atau e-mail baik ketika mereka hanya terpisah dengan satu ruangan maupun dengan benua.
Tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dari tim yang bertemu muka secara langsung adalah  ketiadaan isyarat-isyarat paraverbal dan nonverbal, konteks sosial yang terbatas, dan kemampuan untuk mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
Tim virtual sering mengalami hubungan sosial yang kurang baik dlam berinteraksi langsung antar anggota. Mereka tidak bisa meniru tindakan memberi dan menerima yang umum terjadi dari diskusi secara berhadap-hadapan. Terutama ketika para anggota belum bertemu secara pribadi, tim virtual cenderung lebih berorientasi pada tugas dan lebih sedikit bertukar informasi sosio-emosional.Tidak mengejutkan, para anggota tim virtual melaporkan kepuasan yang lebih sedikit dengan proses interaksi kelompok daripada bila dibandingkan dengan anggota tim yang bertemu secara berhadap-hadapan.
© Tim lintas fungsional
Tim lintas fungsional adalah  tenaga kerja dari tingkat hierarki yang sama, tetapi dari tempat pekerjaan yang berbeda. Boeing company menciptakan sebuah tim yang terdiri atas karyawan-karyawan dari bagian produksi, perencanaan, kualitas, peralatan, perencanaan desai dan system informasi untuk mengotomatisasi pelat-pelat dalam program C-17 perusahaan tersebut.
Contoh Boeing ini mengilustrasikan penggunaan tim lintas fungsional. Tim ini
adalah tim yang terdiri atas karyawan-karyawan yang berasal dari tingkat hierarki yang kurang lebih sama, tetapi dari berbagai bidang pekerjaan berbeda yang berkumpul untuk menyelesaikan sebuah tugas.
Tim lintas fungsioanl merupakan cara efektif yang memungkinkan orang-orangdari berbagai area yang berbeda di dalam sebuah organisasi (atau bahkan diantara organisasi-organisasi) untuk bertuka informasi, mengembangkan ide-ide baru dan menyelesaikan banyak masalah dan mengordinasi berbagai proyek yang rumit.Tentu saja tim lintas fungsional sulit untuk diatur. Pada saat perkembangan awal sering kali tim ini sngat menghabiskan waktu karena para anggota belajar untuk bekerja dengan perbedaan dan kerumitan. Dibutuhhkan waktu untuk membangun kepercayaan dan kerjasa tim, terutama diantara orang-orang yang berasal dari latar belakang berbeda dengan pengalaman dan perspektif yang juga berbeda.
© Lingkungan Kualitas
Tipe tim yang beranggotakan pekerja dan supervisor,bertemu secara berkala untlulk membahas masalah- masalah lingkungan kerja.


2.3 Mengapa individu menjadi anggota kelompok dan tim
Individu menjadi anggota kelompok dan tim untuk berbagai alasan.
· Daya Tarik Interpersonal
Salah satu alasan orang memilih membentuk grup informal atau grup kepentingan adalah karena mereka tertarik satu sama lain. Jika individu – individu sering bertemu satu sama lain, kedekatan jarak ini menaikkan kemungkinan munculnya daya tarik interpersonal. Daya tarik juga meningkat jika individu – individu memiliki sikap, kepribadian, dan status ekonomi yang sama.
· Aktivitas – aktivitas kelompok
Setiap individu – individu bisa termotivasi untuk menjadi anggota kelompok karena aktivitas – aktivitas dari kelompok mereka yang menarik bagi mereka. Sebagai contoh seseorang menjadi anggota tim bola basket bukan karena tertarik pada anggota tim yang lain tetapi semata – mata karena menjadi anngota tim bola basket memungkinkan dia berpartisipasi dalam aktivitas yang menyenangkan.
· Tujuan – tujuan kelompok
Tujuan – tujuan dari kelompok juga bisa memotivasi individu untuk menjadi anggotanya. Sebagai contoh Beragam grup pengumpulan dana. Para anggotanya barangkali tidak tertarik satu sama lain, dan mereka kemungkinan juga tidak menyukai aktivitas ketuk pintu dan minta uang, tetapi mereka menjadi anggota untuk mendukung tujuan – tujuannya.
· Pemenuhan Kebutuhan
Alasan lain individu memasuki sebuah kelompok adalah untuk memenuhi kebutuhan akan afilisiasi. Individu – individu yang baru bercerai menjadi anggota grup pendukung sebagai suatu cara untuk mendapatkan teman.
      · Manfaat – manfaat Instrumental
Alasan terakhir individu menjadi anggota kelompok adalah karena keanggotaanya kadang – kadang dipandang sebagai instrument untuk mendapatkan manfaat – manfaat lain. Sebagai contoh adalah umum bagi mahasiswa yang hampir lulus untuk menjadi anggota beberapa klub atau asosiasi profesi karena pencantuman keangotaan klub semacam itu dalam CV dianggap akan menaikkan peluang mereka mendapat pekerjaan bagus. 

2.4 Tahap – tahap  perkembangan Tim dan kelompok
      Seiring tumbuh menjadi dewasa kelompok cenderung melewati empat tahap khusus perkembangan.
ª Tahap perkembangan pertama dinamakan forming. Tahap forming yaitu tahap dimana anggota kelompok saling mengenal satu sama lain, menguji perilaku interpersonal. Pada titik ini para anggota sangat tergantung satu sama lain demi mencari tahu perilaku – perilaku apa yang dapat diterima oleh anggota – anggota yang lain.
ª Tahap perkembangan kedua, yang biasanya muncul dengan lamban adalah storming. Selama tahap ini, kelompok masih kurang padu dan pola interaksi tidak seimbang. Anggota kelompok mengembangkan struktur kelompok dan pola interaksi.
 Âª Tahap perkembangan ketiga, yang dinamakan norming, biasanya dimulai dengan semburan aktivitas. Selama tahap ini, tiap anggota mulai mengakui dan menerima perannya serta memahami peran anggota – anggota lain. Anggota juga mulai menerima satu sama lain dan rasa persatuan mulai terbangun. Pada tahap ini,  biasanya terjadi kemunduran temporer ke tahap sebelumnya. Sebagai contoh, kelompok atau  tim mungkin mulai menerima satu anggota tertentu sebagai pemimpin. Jika orang ini dikemudian hari melanggar norma – norma penting atau melakukan kesalahan yang membahayakan klaimnya atas kepemimpinannya, konflik bisa muncul karena kelompok akan menolak pimpinan ini dan mencari pimpinan baru.
ª Tahap terakhir adalah performing. Perkembangan grup atau tim secara lamban. Dalam ini tim mulai sungguh – sungguh berfokus pada masalah yang sedang dihadapi. Para anggota menjalankan peran yang telah mereka terima, interaksi terjadi, dan upaya – upaya kelompok diarahkan pada pencapaiaan tujuan.
2.5 Karakteristik – karakteristik dari Kelompok dan Tim
2.5.1 Struktur Peran
Peran merupakan bagian yang dimainkan oleh individu dalam membantu kelompok meraih tujuan yang diharapkan. Struktur peran itu sendiri adalah sekelompok peran dan hubungan antar peran yang telah didefinisikan dan diterima oleh anggota kelompok lainnya. Dalam struktur peran ini individu dalam kelompok dapat memainkan dan mengambil peran sebagai social-emosional atau spesialis-tugas. Namun adapula dari anggota pada kelompok yang tidak menjalankan peran samaskali.
Proses peran dimulai dari peran yang diharapkan oleh tiap anggota. Kemudian peran yang diharapkan diterjemahkan pada peran yang dikirim. Maksutnya adalah pesan  yang digunakan anggota tim untuk mengkomunikasikan peran yang diharapkan oleh anggota. Peran yang dirasakan oleh seorang anggota merupakan makna dari peran tersebut dan peran yang ditampilkan adalah merupakan fakta yang dilakukan oleh anggota.
Permasalahan yang dapat muncul dari sebuah peran adalah bahwa dapat terjadinya konflik antar individu karena peran masing-masing. Benturan peran ini sering terjadi, baik anatara anggota dalam satu level organisasi (contoh:antar pekerja dengan pekerja) ataupun antara atasan dengan bawahan. Kemudian adalah bahwa seorang individu yang diberikan peran berlebihan dan tidak dapat menjalankannya dengan baik maka akan terjadi permasalahan, dampaknya adalah individu tersebut justru akan membebani organisasi perusahaan baik kelompok ataupun tim dengan peran yang tidak terseleseikan.

2.5.2 Norma Perilaku
Standar dari perilaku yang bias diterima oleh tim ataupun kelompok oleh para anggota. Norma disini penting kaitannya, terutama di organisasi perusahaan atau bidang kerja lainnya. Dikarenakan bangsa Indonesia yang sangat memperhatikan norma dalam kehidupan bermasyarakat, baik itu norma agama, social, kesopanan, dan lainnya. Norma perilaku ini juga tidak dapat disamakan antar kelompok ataupun tim. Setiap organisasi memiliki norma perilaku yang berbeda-beda sesuia dengan yang berlaku pada kelompok ataupun tim masing-masing. Tiap anggota baru dalam kelompok tentunya wajib untuk belajar dan segera memahami norma perilaku yang dijalankan organisasi. Tidak menutup kemungkinan beberapa kelompok dalam satu organisasi menjalankan norma perilaku yang berbeda. Sebagai contoh aplikasi adalah bahwa kelompok security wajib melakukan hormat apabila bertemu dengan atasan kelompok tersebut, namun hal ini tidak mungkin dilakukan pada kelompok produksi karena memiliki norma perilaku yang berbeda. Namun secara umum biasanya sebuah organisasi memiliki norma perilaku umum yang berlaku dan wajib untuk dipatuhi semua individu dari kelompok ataupun tim manapun. Secara umum norma perilaku ini dapat terbentuk baik dikarenakan ketetapan dari aturan organisasi ataupun terbentuk secara alami seiring dengan berjalannya organisasi. Sehingga agar semua anggota dapat memahami dan menjalankan norma tersebut dengan baik, maka sangat diperlukan sosialisasi terhadap individu baru dalam organisasi tersebut yang pelaksanaannya harus dipantau dengan baik.

2.5.3 Kepaduan (cohesiviveness) :
Merupakan sejauh mana angota-anggota yang ada dalam kelompoksetia dan berkomitmen pada kelompok tersebut. Terdapat faktor yang dapat meningkatkan kepaduan dalam kelompok :
· Persaingan antar kelompok, hal ini dapat memicu semakin meningkatnya kepaduan dalam kelompok dan organisasi karena dengan adanya semangat bersaing antar kelompok untuk menjadi yang terbaik diantara kelompok yang lainnya, maka semua anggota akan termotivasi untuk menjadikan kelompoknya menjadi kelompok yang terbaik diantara kelompoknya. Persaingan antara kelompok ini dapat dicontohkan pada dua kelompok produksi. Bila diantara dua kelompok produksi pada organisasi akan mendapatkan bonus bila mampu mecapai hasil produksi terbaik, baik secara jumlah dan kualitas. Salah satu contoh kecil ini tentunya akan mampu menmbuat semangat persaingan antar kelompok dalam organisasi menjadi yang terbaik. Tentunya hal ini akan sangat menguntungkan bagi organisasi secara keseluruhan. Sehingga kepaduan dalam kelompok serta organisasi menjadi semakin kuat.
· Daya tarik pribadi, hal ini merupakan salah satu trik dari koordinator atau manajer yang menentukan pembagian individu dalam kelompok. Individu akan termotivasi untuk menjalankan peran dengan baik dan maksimal dalam kelompoknya karena pada kelompok tersebut terdapat ketertarikan antar individu. Hal ini lebih bersifat pribadi, namun tetap menguntungkan bagi kepaduan kelompok.
· Evaluasi yang positif, diperlukan sebuah evaluasi yang berkala serta efektif agar dapat menjadikan kelompok tersebut lebih baik. Kekurangan dan serta kelemahan yang menjadikan kelompok tidak dapat bekerja dengan maksimal dapat diminimalisir. Sangat penting bagi sebuah kelompok memiliki catatan atas evaluasi berkala yang dilakukan, hal ini agar kesalahan yang dahulu sudah terjadi tidak terulang di masa yang akan datang. Perlu juga memberikan penghargaan meskipun hanya berupa hal kecil terhadap prestasi atau perbaikan yang dapat dilakukan  oleh kelompok tersebut, baik secara individu maupun kelompok.
· Sepakat akan tujuan, sebuah kelompok yang terdiri dari anggota-anggota wajib untuk menentukan dan memiliki tujuan yang sama, atau dengan kata lain sepakat akan tujuan. Agar tiap anggota mengerti dan memahami tujuan dari kelompok tersebut. Tentunya dengan tujuan yang disepakati bersama, langkah dari anggota dan kelompok tersebut memiliki tujuan dan jalur yang jelas, sehingga dapat mencapai tujuan dengan baik. Dengan tujuan yang telah disepakati oleh seluruh anggota tentunya kepaduan antar anggota dan kelompok tersebut menjadi kuat. Kesepekatan akan tujuan ini tidak hanya pada kelompok ataupun tim tersebut, namun sebuah organisasi juga harus memiliki kesepakatan tujuan yang jelas.
· Interaksi, baik antar individu dalam kelompok ataupun kelompok dengan kelompok dalam satu organisasi harus dipelihara dengan baik. Tugas ini dibebankan kepada semuan pihak dalam organisasi, namun yang utama adalah bahwa seorang coordinator ataupun manajer harus mampu membangun suasana dan kondisi interaksi yang baik dalam kelompok, tim, dan organisasi.
Namun terdapat pula Faktor-faktor yang apat mengurangi kepaduan dalam kelompok dan tim, yaitu :
·Ukuran kelompok, ukuran yang semakin besar cenderung dapat mengurangi kepaduan antar kelompok. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut hendaknya sebuah kelompok dibentuk secara proporsional.
·Ketidaksepakatan tujuan, adalah bila dalam sebuah kelompok tidak mampu untukimenentukan tujuan yang disepakati tentunya akan membuat kepaduan dalam kelompok akan berkurang. Hal ini dikarenakan antar individu terdapat perbedaan tujuan. Dengan bebedanya tujuan tersebut akan dapat mengganggu kinerja kelompok dan keduan dalam kelompok tersebut.
·Persaingan intra kelompok, sering kali terjadi persaingan dalam sebuah kelompok yang disebabkan banyak factor. Mulai dari kepentingan pribadi atau lainnya. sebagai contoh anggota kelompok yang berambisi menjadi yang terbaik dalam kelompok karena mengharapkan naik jabatan, namun melupakan tujuan utama kelompok. Sehingga terjadi persaingan yang memberikan dampak kurang baik atau bahkan merugikan kelompok dan organisasi. Atau dapat pula munculnya persaingan yang tidak sehat pada kelompok.
·Dominasi, baik oleh satu individu ataupun beberapa yang terlalu mendominasi dapat memberikan dampak yang kurang baik dalam kelompok. Hal ini karena individu yang lainnya akan terhambat untuk mampu memberikan kontribusinya terhadap kelompok. Hal ini juga dapat menghambat perkembangan sebuah kelompok.
·Pengalaman tidak menyenangkan, terkadang sebuah pengalaman yang kurang baik membuat kelompok mengalamai atau dibayangi kegagalan atau sesuatu yang kurang baik. Hal ini juga dapat menggangu kepaduan dalam kelompok tersebut.

2.5.4 Kepemimpnan Formal dan Informal
Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang ditentukan atau mendapat wewenang untuk memimpin sebuah kelompok dari organisasi tersebut. Biasanya seorang manajer menunjuk seorang individu untuk menjadi pemimpin sebuah kelompok. pemimpin formal ini diwajibkan untuk mampu memimpin kelompok dengan baik. Manajer akan selalu memantau dan mengevaluasi kepemimpinan formal tersebut. Dengan ditunjukkanya pemimpin formal tersebut, maka seluruh anggota dalam kelompok tersebut bekerja sesuai dengan arahan atau kordinasi dari pemimpin formal tersebut, sesuai dengan tujuan bersama kelompok tersebut.
Kepemimpinan informal adalah berasal dari individu yang melakukan aktivitas-aktivitas kepemimpinan tetapi hak untuk melakukan aktivitas tersebut tidak diakui secara formal oleh kelompok atau organisasi. Jika kepemimpinan informal ini mampu bekerja dengan baik dan mendukung kinerja pemimpin formal, maka kelompok tersebut akan semakin baik kinerjanya. Namum disisi lain, jika kepemimpinan informal ini bekerja tidak baik atau bertentangan dengan tujuan kelompok atau organisasi tentunya dapt sangat merugikan kelompok dan organisasi. Sebagai contoh pemimpin informal yang yang tidak disiplin dan menentang kebijakan organisasi. Hal ini dapat memicu individu lainnya dalam kelompok untuk tidak bekerja sesuai dengan tujuan kelompok dan organisasi tersebut.

2.6  Mengelola Konflik dalam Kelompok
Konflik adalah proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap pihak lain secara negatif mempengaruhi, atau akan secara negatif mempengaruhi, sesuatu yang menjadi keperluan pihak pertama.
            Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak selalu negative akibatnya
Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terliba, maupun bagi organisasi.

 Transisi dalam Pemikiran konflik
1.Pandangan Tradisional
            2. Pandangan Hubungan Manusia
3. Pandangan Interaksionis

Ciri-Ciri Konflik :
Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.

Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik :
1.Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict) Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
     Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993, 38-41)

Jenis-jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu
konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok
konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.
Aspek  Positif  Dalam  Konflik
Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola dengan baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :
§ Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan tanggung jawab mereka.
§ Memberikan saluran baru untuk komunikasi.
§ Menumbuhkan semangat baru pada staf. 
§ Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.
§ Menghasilkan distribusi sumber tenaga  yang lebih merata  dalam organisasi.
PENYEBAB TIMBULNYA KONFLIK
Penyebab timbulnya konflik meliputi:
1. Perbedaan individu
2. Perbedaan Latar belakang Kebudayaan sehingga membentuk pribadi – pribadi yang berbeda.   
3. Perbedaan Kepentingan antar individu atau kelompok.
4. Perubahan – perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
5. Komunikasi
6. Variabel Pribadi

STRATEGI PENANGANAN KONFLIK
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :
1.      Disiplin
2.      Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
3.      Komunikasi
4.      Mendengarkan secara aktif
Teknik Atau  Keahlian Untuk  Mengelola  Konflik
 Ada beberapa pendekatan dalam resolusi konflik yaitu tergantung pada :
1.      Konflik itu sendiri
2.      Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
3.      Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
4.      Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
5.      Ketersediaan waktu dan tenaga
Strategi  Dalam  Menyiasati  Konflik
 1.  Menghindar
2. Mengakomodasi
3.  Kompetisi
4.  Kompromi atau Negosiasi
5.  Memecahkan Masalah atau Kolaborasi  Petunjuk  Pendekatan  Situasi  Konflik
 Ada beberapa pendekatan situasi konflik, diantaranya :
1.      Diawali  melalui penilaian diri sendiri
2.      Analisa  isu-isu seputar konflik
3.      Tinjau kembali  dan sesuaikan dengan  hasil eksplorasi diri sendiri.
4.      Atur dan rencanakan  pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik
5.      Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat
6.      Mengembangkan dan  menguraikan solusi
7.      Memilih solusi dan melakukan tindakan
8.      Merencanakan pelaksanaannya
Manfaat yang diperoleh dari konfrontasi adalah untuk memperjelas perbedaan:
*                              Apa yang dianggap bernilai oleh kedua belah pihak
*                              Apa yang dipikirkan oleh kedua pihak
*                              Apa yang dirasakan oleh kedua pihak
*                              Apa yang ingin dilakukan oleh kedua pihak

0 komentar:

Posting Komentar